MENGATASI PENGANGGURAN DI KALANGAN GEN Z: KESENJANGAN KETERAMPILAN ATAU KURANGNYA KESEMPATAN?

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ditemukan sebanyak 9,9 juta penduduk berusia 15-24 tahun (Gen Z) tidak memiliki kegiatan bekerja, pendidikan, dan pelatihan. Tahun 2024 ini populasi Gen Z yang menganggur mencapai lebih dari 44 juta jiwa. Tingginya angka pengangguran ini disebabkan karena Gen Z mengalami NEET (Not in Employment, Education, or Training). Singkatnya NEET sendiri adalah individu yang berusia produktif yakni 16-35 tahun yang sedang berada di fase tidak bersekolah, tidak bekerja, maupun tidak mengikuti pelatihan tertentu. Sebutan bagi orang yang melakukan NEET yakni NEETERS. Biasanya NEETERS tidak menyadari bahwa yang dilakukannya merupakan tindakan protes, namun penumpahan rasa kekecewaan.

Tingginya angka pengangguran saat ini yang didominasi oleh Gen Z berdampak besar bagi tingkat ekonomi di Indonesia. Mulai ketidakpuasan sosial, politik, hingga korelasi terhadap ricuh dan kriminalitas. Di sisi lain Gen Z adalah generasi yang tumbuh saat teknologi informasi berkembang sangat pesat. Rata-rata Gen Z menghabiskan waktu harian untuk screen time hingga 13 jam untuk berselancar di dunia maya. Generasi ini sering dijuluki sebagai “digital native”  karena generasi pertama yang mendapatkan akses internet dan teknologi infornasi sejak dini. Tak heran pekerjaan di dunia kreatif saat ini banyak digandrungi oleh Gen Z dibanding yang mengandalkan tenaga fisik. Content creator, podcaster, hingga mendirikan start-up adalah kebanyakan pekerjaan impian bagi seorang Gen Z. Mereka cenderung menghindari pekerjaan fisik seperti konstruksi, logistik, transportasi, dan masih banyak lagi.

Meskipun begitu demand untuk pekerjaan yang mengandalkan high skill semakin signifikan naik, sektor pekerjaan yang mengandalkan low skill dan middle skill masih banyak dibutuhkan. Pasalnya tidak semua pekerjaan mampu digantikan oleh canggihnya artificial intelegence. Sistem pendidikan di Indonesia yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini juga berpengaruh pada tingginya angka pengangguran. Kurikulum yang tidak relevan pada dunia kerja sehingga lulusan kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai.

Lalu langkah apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pengangguran bagi Gen Z? Eksplore dan mencoba hal baru adalah salah satu cara terbaik bagi Gen Z untuk menemukan pekerjaan yang sesuai. Selain itu perbanyak ikut pelatihan untuk menambah skill baru untuk mencari pekerjaan yang relevan di dunia digital ini.

Selain itu perlunya kerja sama dari pihak pemerintah untuk meminimalisir angka pengangguran saat ini guna mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pemerintah perlu menginvestasikan lebih banyak pelatihan yang sesuai dengan dunia kerja saai ini. Pemberian insentif pemerintah pada start-up juga harus dilakukan mengingat tingginya minat Gen Z pada pembukaan usaha karena jam kerja yang fleksibel.

Jadi tingginya angka pengangguran bagi Gen Z saat ini karena kesenjangan keterampilan atau kurangnya kesempatan?

Fahreza Zaaidah

Source : kompas.com

Share this

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *